Laman

Wednesday, November 19, 2008

Revolusi Adalah Solusi Permasalahan di Indonesia

Share

Kegagalan reformasi sepantasnya mendapat perhatian serius dan analisis yang mendalam. Pertanyaan yang patut diajukan, mengapa gerakan kaum intelektual muda seperti mahasiswa ini seolah belum menemukan pola baku dalam melawan segala tirani dan ketidakadilan para penguasa, yang semakin hari semakin tidak lagi memihak kepada rakyat?

Ada tiga hal pokok penyebab gagalnya gerakan mahasiswa. Pertama, tidak menyentuh akar permasalahan, sehingga kurang tepatnya perumusan solusi krisis bangsa. Para aktivis gerakan perubahan, termasuk gerakan mahasiswa sebagai garda terdepan, menilai akar masalah dari segala krisis bangsa adalah kesalahan dari aparat pemerintah, antara lain penegakan hukum yang lemah, budaya KKN dan belum berjalannya demokratisasi. Sehingga mereka menyerukan tegakkan supremasi hukum, bersihkan aparat pemerintah dari KKN dan gencarkan demokratisasi. Begitu juga dalam permasalahan BHMN / BHP, mereka hanya sebatas berteriak-teriak ‘tolak BHMN/BHP. permasalahan kebobrokan ekonomi dengan seruan turunkan harga kebutuhan pokok. Jadi jelaslah mengapa perjuangan tidak kunjung membuahkan hasil yang baik, karena ide-ide itu masih umum dan tidak menyentuh akar permasalahan yang ada. Dari sini, dimunculkan solusi dengan enam visi reformasi dalam menuntaskan masalah tadi. Jika ditelusuri lebih mendalam, hal tadi bukanlah rumusan yang tepat sebagai solusi.

Kedua, ide yang tidak jelas. Pengadopsian sebuah ide atau pemikiran gerakan menjadi unsur yang penting bagi gerakan mahasiswa sebagai nilai perjuangan nantinya. Ide atau pemikiran itu haruslah ide dan pemikiran yang benar, jelas dan terukur. Dalam artian telah melalui proses studi kelayakan dan disimpulkan apakah baik untuk diadopsi. Ternyata prinsip ini dilupakan oleh gerakan mahasiswa selama ini. Lemahnya daya pikir politis mahasiswa juga membawa arah perjuangan mereka tidak menentu. Berbagai aksi yang yang dilakukan hanya sekedar respon yang spontanitas (reaksioner) tentang berbagai isu yang sedang populer di masyarakat. Dan tidak heran jika kemudian gerakan mahasiswa ini sering dimanfaatkan sebagai alat permainan isu dan manajemen konflik oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Ketiga, tidak ideologis. Sebenarnya mahasiswa selama ini belum memahami betul akan pentingnya sebuah gerakan yang berlandaskan ideologi, sehingga mereka terbiasa akan gerakan-gerakan yang ada saat ini, bahkan mereka mengikuti format-format gerakan tersebut dalam aktivitasnya meskipun mereka tidak merasakan kepuasan sebab gerakan tersebut tidak mampu berkarya dalam menyelesaikan masalah. Mereka yang mengusung gerakan yang tidak ideologis, akan terombang ambing ketika ditengah perjuangannya berbenturan dengan berbagai masalah yang sebelumnya tidak pernah dijumpai. Berbenturan dengan ketidakpercayaan diri dalam menghadapi realitas yang ada. ataupun berbenturan dengan mayoritas suara yang menyesatkan. Sehingga dapat kita saksikan, ide-ide yang diusung oleh sebagian gerakan mahasiswa lebih bersifat megikuti tren yang ada, ketika diteriakkan reformasi sebagai solusi bangsa ini maka mahasiswapun meneriakkan hal yang sama. Begitu juga ketika diberikan konsep demokrasi sebagai sebuah system yang adil maka mahasiswa pun ikut memperjuangkannya, tanpa mencermati apakah konsep-konsep yang ditawarkan tersebut layak untuk diperjuangkan. Akibatnya arah perjuangan merekapun tidak menentu. Hal ini sangatlah berbeda dengan Gerakan yang berbasis sebuah ideology. mereka akan menemukan arah perjuangan yang jelas, sebab idelogi tersebut akan menuntun mereka dalam melahirkan berbagai solusi atas persoalan yang ada.


Rekonstruksi Paradigma Gerakan

Ketika masyarakat sadar bahwa ada suatu kondisi yang lebih baik dari semula maka keinginan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik tersebut menjadi suatau keniscayaan. Berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan perubahan tersebut. Bermunculanlah beberapa tokoh perubahan yang menyebut dirinya reformis. Mereka melakukan perubahan dalam tatanan masyarakat tanpa merubah sistem yang ada, hanya memperbaiki kelemahan sistem tersebut. Disisi lain ada pula sebagian kelompok yang hendak melakukan perubahan secara sistematis dan sekaligus merubah tatanan sistem yang ada. Inilah kaum revolusioner yang ingin melakukan perubahan yang menyeluruh.


Kaum reformis manganggap kaum revolusioner hanya akan memakan banyak korban dalam melakukan perubahan. Sedangkan kaum revolusioner berkeyakinan bahwa kaum reformis hanyalah membuang-buang waktu. Bahkan jika dulu para pejuang kemerdekaan kita hanya melakukan reformasi maka tidak mungkin kita akan lepas dari penjajahan mencapai kemerdekaan seperti sekarang.

Apabila kita hendak menentukan arah perubahan yang akan di perjuangkan apakah perubahan barsifat reformasi atau revolusi, maka tidaknya ada dua hal yang harus kita perhatikan yaitu : Harus melakukan kajian seksama atas objek yang akan dirubah, Suatu penilaian atau evaluasi, mau tak mau, mengharuskan adanya pegangan sudut pandang tertentu yang khas yaitu dengan kacamata ideology yang benar. Ketika memandang suatu objek permasalahan yaitu bangsa Indonesia ini, hendaknya kita bukan hanya sibuk dengan akibat yang ditimbulkan oleh permasalahan tadi, tetapi mestilah dicarikan penyebab/akar masalah mengapa akibat ini bisa muncul. Dan kaitannya dengan kondisi Indonesia pasca reformasi yang terbukti telah gagal dan tidak mampu menyelesaikan persoalan negeri ini. sebab perubahan yang diusung adalah reformasi yaitu hanya sekedar pergantian dari satu pemimpin ke pemimpin lainnya. Maka seharusnya perubahan yang dilakukan adalah secara mendasar (revolusi) berupa mengganti semua sistem aturan dan beralih ke sistem yang baru dan diikuti dengan pergantian pemimpin dengan yang amanah.

Dalam hal ini kita perlu memiliki satu pegangan atau titik referensi terlebih dahulu yang akan dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja yang ada saat ini. mengingat sudut pandang yang digunakan para reformis tidak mampu melihat akar permasalahan rakyat yang sedemikian banyaknya. maka satu pegangan atau titik referensi yang ditawarkan adalah harus memakai kacamata yang lain yang lebih baik. Reformasi telah gagal semenjak kemunculannya, Sebab poin yang diagendakan dalam reformasi tersebut bukanlah poin yang mengakar bagi permasalahan rakyat saat ini. Maka sudah seharusnya kita menolak keadaan yang terjadi pada masa orde lama, orde baru, ataupun juga masa reformasi saat ini. Sebab apa yang harus menjadi gambaran kita adalah penyelesaian yang menyeluruh dari semua permasalahan yang sedang dihadapi.

Oleh karena itu Reformasi hanyalah suatu bentuk yang jika diibaratkan ”perpindahan dari kandang macan ke kandang harimau”. Kedua-duanya sama ganasnya dan sama pemakan dagingnya. Salah satu kesalahan fundamental dari gerakan reformasi ini adalah tidak digantinya sistem sekaligus orang–orang yang memegang pemerintahan seluruhnya. Pada masa itu yang terjadi adalah sebuah gerakan massa besar–besaran yang bertujuan untuk menggulingkan penguasa yang sah saat itu yaitu Soeharto. Terkumpulnya massa dalam jumlah besar itu hanyalah sekedar massa yang banyak saja. Keinginan mereka hanyalah turunnya Soeharto dan berharap akan terjadi suatu perubahan yang lebih baik. Massa yang sangat banyak tersebut cenderung hanya berkumpul semata tanpa adanya gagasan ataupun konsep perubahan yang jelas. Mereka hanyalah sekedar menginginkan perubahan tanpa tahu perubahan seperti apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan tersebut.

Melihat itu semua maka penulis menawarkan suatu solusi dan gagasan yang jelas yaitu ideology Islam. karena melihat bahwa akar permasalahan dari sekian banyak permasalahan yang ada adalah tidak diterapkannya Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Islam hanya ditempatkan pada wilayah privat (sekularisme). Bukankah Allah swt telah menyatakan : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.QS. Thaaha : 124.

Syariat Islam datang dalam rangka memecahkan masalah bagi kemaslahatan semua elemen masyarakat. ketika Islam menetapkan sebuah sistem ekonomi yang berlandaskan pada prinsip syariat, maka sistem itu adalah untuk seluruh masyarakat tanpa memandang muslim ataupun non muslim. Ketika ekonomi secara umum gonjang-ganjing sejak Indonesia mengalami krisis, lembaga keuangan syari’at menunjukkan ketegarannya. Atau ketentuan syariat Islam dalam banyak hadits bahwa komoditas milik umum seperti minyak, hutan, gas alam, emas dan barang mineral lain adalah milik umum yang karenanya harus dikelola oleh negara. Hasilnya, diberikan kepada seluruh rakyat baik langsung maupun tidak langsung melalui pendidikan dan kesehatan murah bahkan gratis akan membuat rakyat merasakan manfaat dari kekayaan sumberdaya alam yang dimilikinya.

Begitu juga, syariat Islam menetapkan adanya pendidikan bermutu yang tegak berdasarkan paradigma Islam dimana pendidikan diorientasikan pada pembentukan kepribadian, penguasaan tsaqofah Islam dan penguasaan sains dan teknologi, diselenggarakan gratis atau biaya murah, semua itu dinikmati oleh setiap warga negara, muslim dan non muslim (Al Baghdady, 1996). Sebaliknya, sistem pendidikan sekuler yang amburadul, mahal dan arah yang berganti-ganti saat ini menghasilkan sosok manusia yang diragukan kualitasnya terlihat dari maraknya perkelahian pelajar, seks bebas dan penyalahgunaan narkoba. Siapa yang merasa aman dalam dunia pendidikan seperti ini?

Sementara, kemampuan sistem Islam menjaga keamanan, jiwa, harta dan kehormatan melalui penerapan (‘uqûbat) Islam dimana para pelaku pelacuran, perampokan termasuk koruptor, pezina, peminum-minuman keras, pembunuh dihukum setimpal (Abdurrahman Maliky, 1990). Hal ini akan membuat kriminalitas menurun dan segala penyakit sosial turun drastis atau dapat ditekan serendah mungkin.

Sudah seharusnya gerakan mahasiswa yang ada saat ini berjuang untuk mensosialisasikan solusi Islam ini dan mengkampanyekan penegakan syariah di negeri ini, melalui suatu momentum Revolusi. Kami yakin bahwa para pejuang Reformasi akan kehabisan tenaga dalam memperjuangkan misinya tersebut. Sebab, solusi yang diperjuangkan oleh mereka itu bukan menyentuh akar masalah dari problematika umat. Mereka akan kelelahan karena ibaratnya sibuk membersihkan air yang jatuh ke lantai dari atap yang bocor tanpa pernah memperbaiki atap yang bocor tersebut.

Oleh karena itu Mengapa kita takut lagi mengatakan bahwa system sekarang sudah bertolak belakang dengan Islam. Mengapa kita takut mengatakan bahwa hanya satu aturan Islamlah yang benar. Bukankah kita semua tahu sendiri bahwa kebobrokan kehidupan saat ini karena tidak diterapkannya system Islam secara Kaffah. Malah kita terjebak dalam roda pergerakan system Kapitalis-demokrasi saat ini, bukankah Allah telah mengingatkan kita : “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (TQS. Al A’raf [7] : 96).

khatimah
Wahai mahasiswa, sudah seharusnya kita bangga akan kemajuan yang dihasilkan oleh peradaban Islam. Dan kini tampak didepan mata bahwa satu-satunya konsep hidup yang layak diterapkan adalah Islam. Apalagi sebagai seorang muslim tentu hanya Islam-lah satu-satunya konsep kehidupan harus yang kita pegang dan perjuangkan, bukan Sosialisme yang sudah tumbang dan bukan juga kapitalisme yang sudah sekarat, kerena keduanya merupakan konsep hidup buatan manusia yang justru telah terbukti menjerumuskan umat manusia ke lembah kesengsaraan. Wallahu a’lam bishowwab.

No comments: