Laman

Tuesday, November 18, 2008

Tanya Jawab

Share

Visi utama gerakan ini adalah membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah Tuhannya manusia, dari penerapan sistem buatan manusia menuju penerapan sistem yang diwahyukan Allah SWT, yakni sistem Islam. Erwin Permana, Sekjen GEMA Pembebasan

Beberapa waktu lalu, telah masuk sejumlah pertanyaan seputar GEMA Pembebasan yang diajukan oleh seorang mahasiswi program pasca sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pemikiran Islam ke kantor sekjen GEMA Pembebasan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk keperluan penulisan tesis sebagai syarat kelulusan program pasca sarjana bagi yang bersangkutan. Berikut adalah petikan pertanyaan beserta jawabannya:

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya GEMA Pembebasan? Embrio aktivis GEMA Pembebasan?
Kelahiran GP tidak dapat dilepaskan dari proses perjalanan sejarah kebangkitan gerakan Islam di tanah air khususnya di dunia kampus menjelang dan pasca runtuhnya Orde Baru tahun 1998.

Gerakan-gerakan Mahasiswa baik yang terlembagakan secara individual maupun kelompok dengan berbagai corak pemikiran dan ideologinya turut mempengaruhi kondisi politik dan tatanan sosial kemasyarakatan negeri ini khususnya pasca reformasi.
Hal ini diperkuat oleh keterlibatan sejumlah aktifis pergerakan mahasiswa ke dalam sejumlah partai Politik dan ataupun kelompok-kelompok sosial politik lainya seperti LSM-LSM yang menentukan corak dan identitas wadah politik mereka yang selanjutnya berimbas pada berbagai kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh Pemerintah yang nyata-nyata tidak banyak mengalami perbaikan nasib, meski rezim ORBA beserta kroninya yang telah digugat sebagai sumber petaka penderitaan rakyat semakin memudar pengaruhnya.

Pengalaman ini merupakan perulangan sejarah yang terjadi pada akhir rezim ORBA, dimana arus utama pergerakan mahasiswa yang saat itu didukung oleh Angkatan Darat difokuskan untuk mengganti Sukarno yang dianggap gagal mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang digagasnya sendiri bersama kaum founding father lainnya.
Realitas sosial ini memberikan satu kesimpulan historis bahwa perubahan rezim tanpa disertai dengan perubahan sistem pemerintahan dan ideologi yang menjadi landasannya hanya akan menjadi analgesik yang hanya menjadi penawar sakit sesaat tanpa menyembuhkan persoalan mendasar suatu tatanan masyarakat. Oleh karena itu perjuangan yang sejatinya harus ditempuh oleh seluruh gerakan-gerakan sosial politik dalam rangka mewujudkan satu tatanan masyarakat yang adil dan makmur tidak hanya berkutat pada perubahan rezim namun juga pada perubahan sistem.

Kegagalan sistem komunisme di Uni Soviet dengan negara-negara Eropa Timur lainnya dan kapitalisme di hampir seluruh negara temasuk di negeri ini, menunjukkan bahwa ideologi tersebut memang pada faktanya tidak dapat menjadi sistem yang ideal bagi ummat manusia.

Atas dasar itulah sejumlah mahasiswa dari berbagai latar belakang universitas yang sebelumnya telah mendapatkan pencerahan dan pembinaan pemikiran tentang Islam sebagai sebuah Ideologi yang wajib diterapkan sebagai konsekuensi keimanan kepada Aqidah Islam, menemukan pembenaran pada realitas sosial politik di negeri ini, bahwa penerapan ideologi Islam dalam seluruh ranah kehidupan masyarakat merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan Indonesia yang adil sejahtera di bawah naungan ridha Allah SWT.

2. Apa Filosofi nama dan lambang GEMA Pembebasan?

a. Gerakan Mahasiswa Pembebasan
Gerakan Mahasiswa menunjukkan karakter dan identitas organisasi ini bahwa organisasi ini menjadikan mahasiswa sebagai konstituen dan motor penggeraknya yang akan selalu bergerak untuk mewujudkan cita-citanya yang tidak hanya berhenti dalam tataran wacana dan dialektika. Dengan demikian gerakan ini bukan hanya sebagai gerakan moral dan intelektual namun juga sebagai gerakan politik.

Pembebasan: mencerminkan visi utama gerakan ini membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah Tuhannya manusia, dari penerapan sistem buatan manusia menuju penerapan sistem yang diwahyukan Allah SWT, yakni sistem Islam.

b. Lambang: Lambang GP terdiri dari bola dunia dan bendera yang bertuliskan Laa ilaha illal llah Muhammadun Rasulullah dengan tiang pancangnya melambangkan cita-cita gerakan ini bahwa Islam sebagai sebuah ideologi yang termanifestasikan dalam sebuah institusi politik akan menguasai seluruh belahan dunia dimana manusia akan menyaksikan Islam sebagai rahmatan lil ’alamin.

3. Bagaimana GEMA Pembebasan membedakan Islam (sebagai agama) menjadi proposisi-proposisi simbolis dan evokatif tentang kondisi manusia, dari ideologi (ideologi Islam) sebagai sebuah visi konseptual yang diklaim oleh suatu kelompok sosial untuk melindungi identitasnya dan pada akhirnya memperluasnya pada kelompok lain.

Prinsip pemikiran ideologi yang dianut oleh GP mengacu pada konsep ideologi secara umum yang berarti pemikiran mendasar yang melahirkan sekumpulan tata nilai dan sistem kehidupan.
Dengan demikian Islam tidak saja menjadi sebuah agama namun juga merupakan sebuah ideologi. Sebab secara definitif Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah SAW, yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya dalam bentuk keyakinan (aqidah) dan ibadah (ritual), namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam bentuk tata cara makan, minum berpakaian dan etika (akhlak), namun juga hubungan manusia dengan manusia lain (mua’amalah) baik yang berhubungan dengan pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan dalam dan luar negeri dan sebagainya.
Pada saat yang sama sebuah ideologi bukan hanya kumpulan ide-ide tentang kehidupan namun juga mengandung metode untuk menerapkan ide-ide tersebut dalam tataran praktis, mempertahankan eksistensinya serta menyebarluaskan ide tersebut yang melampaui batas spasial dan genial.

Masing-masing ideologi memiliki dasar pemikiran dan sistem kehidupan yang bersumber dari pemikiran dasar tersebut. Demikian pula ide-ide tersebut berisi metode implementasi, proteksi dan ekspansi yang berbeda satu dengan lainnya. Kapitalisme misalnya menjadikan selukarisme sebagai ide dasarnya. Dari ide tersebut dibangun sistem kehidupan yang memisahkan peran agama dalam mengatur interaksi-interaksi sosial manusia. Disamping itu Kapitalisme juga memiliki metode untuk mengimplementasikan dan memelihara ide-ide tersebut melalui sistem demokrasi dimana rakyat diberikan kedaulatan penuh untuk mengatur urusan mereka melalui representasi mereka di eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Adapun metode penyebarluasan ideologinya ditempuh melalui imperialisme baik langsung ataupun tidak langsung seperti imperialisme di bidang politik, ekonomi dan budaya.

Oleh karena itu, aqidah Islam yang merupakan pemikiran dasar ideologi Islam pada faktanya melahirkan sekumpulan aturan-aturan tentang kehidupan. Islam juga telah menetapkan bahwa pemerintahan Islam yakni khilafah Islam, merupakan insitusi formal yang akan menerapkan ide-ide Islam secara praktis dalam kehidupan bernegara yang dibarengi dengan kesalehan individu-individu warga negaranya serta kontrol sosial diantara mereka.

Sementara untuk menjaga eksistensinya maka penerapan perangkat-perangkat hukum syariah dalam bentuk hudud, jinayat, ta’zir dan mukhalafat (sanksi yang ditetapkan Khalifah karena pelanggaran yang bersifat administratif) merupakan metode yang paling praktis. Dakwah dan Jihad yang diorganisir oleh khalifah dijadikan sebagai metode untuk menyebarluaskan ideologi ini hingga dunia diliputi oleh Islam. Dengan demikian disamping adanya kesadaran kolektif ummat tentang ideologi ini, eksistensi sebuah negara yang akan menerapkan Islam secara total merupakan sebuah keniscayaan dalam ideologi Islam.

4. Perbedaan Islam sebagai ideologi dengan Islam sebagai ilmu.
Islam merupakan sekumpulan ide-ide (pengetahuan) yang diperoleh melalui proses introduksi dan informasi dari sumber-sumber yang dilegalkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu Al Quran, As Sunnah, Ijma Shahabat, dan Qiyas Syar’iy. Pengetahuan yang berkaitan dengan ide-ide tersebut yang dalam tradisi klasik diistilahkan dengan tsaqafah secara umum dipilah menjadi beberapa cabang:
a. Pembahasan tentang azas-azas Islam yang disebut dengan ilmu aqidah atau tauhid,
b. Pembahasan tentang sumber-sumbernya doktrin Islam yaitu tafsir Al Quran dan ilmu yang membahas cara dan prosesnya Ulumul Quran, Hadits dan Ushul hadits,
c. Pembahasan tentang hukum-hukum yang digali dari sumber-sumber doktrin Islam yaitu fiqh serta metode untuk memahami proses penggalian hukum tersebut, Ushul Fiqh
d. Pembahasan tentang bahasa pengantar sumber doktin, Al Quran dan As Sunnah yaitu bahasa arab

Dengan demikian, Islam disamping mengandung kumpulan pengetahuan (wacana) tentang kehidupan (fikrah) juga menuntut penerapan wacana tersebut dalam tataran aksi (thariqah).

5. Apa alasan GEMA Pembebasan menjadikan Islam sebagai ideologi gerakan?
a. Konsekuensi keimanan yang mengharuskan ketundukan dan kepatuhan mutlak terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Kelemahan ideologi-idelogi lain baik dalam level doktrin (normatif), empirik dan historis dalam menjawab kebutuhan asasi dan naluri manusia secara memuaskan. Penerapan ekonomi kapitalisme yang memberikan kebebasan kepada individu-individu masyarakat untuk memiliki aset-aset ekonomi dan mengembangkannya dengan bentuk apapun telah melahirkan dan memperluas disparitas ekonomi di kalangan masyarakat dimana orang-orang kaya yang memiliki akses yang kuat terhadap modal semakin kaya sementara orang-orang miskin semakin melarat. Berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi seperti Jaring Pengaman Sosial (social security net) tidak dapat mengatasi hal ini.

6. Bagaimana GEMA Pembebasan mengkomparasikan Islam sebagai identitas dengan Islam sebagai kebenaran?
Islam wajib menjadi identitas setiap orang khususnya bagi setiap muslim yang menyakini kebenarannya disamping sebagai identitas masyarakat dan negara. Secara personal Islam wajib menjadi pedoman tunggal untuk menilai baik buruknya sesuatu (dalam hal ini terpuji atau tercelanya sesuatu baik berupa benda, tindakan dan ide dalam pandangan Allah SWT).

Di samping itu, Islam juga dijadikan sebagai pedoman dalam seluruh aktifitas seorang muslim. Perpaduan antara aspek pemikiran dan prilaku ini dalam diri seseorang menjadikan orang yang memiliki kepribadian Islam yang sekaligus menjadi identitas personalnya. Dengan demikian karena Islam merupakan sebuah kebenaran yang menuntut seluruh struktur sosial (individu, keluarga, masyakat, kelompok dan negara) untuk dijadikan sebagai identitas tunggal (tanpa mengabaikan keragaman interpretasi ajarannya).

7. Bagaimana manajemen pengelolaan opini ideologi Islam yang ditawarkan oleh GEMA Pembebasan? Apakah dengan opini ideologi Islam tersebut dapat membangun kesadaran politik dan daya pembebas terhadap seluruh faktor yang membelenggu Islam, apa alasannya? (bisa disertakan contoh kasus atau landasan teologis dari opini yang ditawarkan).

GP memandang impelementasi ideologi Islam dalam sebuah institusi pemerintahan harus dibangan atas dasar kesadaran kolektif masyarat. Dengan demikian proses edukasi masyarakat melalui pengopinian Ideologi Islam dengan berbagai sarana-sarana komunikasi massa yang efektif secara konsisten, inovatif dan manajemen opini yang profesional merupakan bagian dari agenda utama organisasi ini.

Respon terhadap isu-isu keumatan seperti perlawanan terhadap perang melawan terorisme (war on terrorism) yang dilancarakan oleh AS yang mendapat dukungan penuh dari Pemerintah RI dapat dijadikan sebagai contoh. Penulisan tulisan-tulisan di berbagai media baik yang dikelola oleh GP ataupun tidak secara kontinyu dan massif, didukung oleh diskusi-diskusi intelektual di kalangan akademisi dan mahasiswa serta demonstrasi-demonstrasi damai yang menolak berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung kebijakan ini, secara perlahan menyadarkan masyarakat bahwa sasaran sesungguhnya dari perang ini adalah ummat Islam khususnya mereka yang bermaksud untuk menerapkan syariat Islam.

8. Apakah dengan membangun jaringan pergerakan mahasiswa Islam ideologis di seluruh Indonesia, GEMA Pembebasan mempunyai agenda untuk menciptakan ideologi yang monolitik dikalangan mahasiswa Muslim di seluruh Indonesia? Karena selain GEMA Pembebasan masih ada gerakan mahasiswa Muslim yang berideologi Islam, bagaimana pandangan GEMA Pembebasan terhadap gerakan tersebut?

GP menyadari bahwa tidak ada tafsir tunggal dalam agama Islam. Oleh karena itu perbedaan mengenai wacana ideologi Islam merupakan sebuah realita yang harus diterima. Meski demikian perbedaan tersebut bukan merupakan penghalang untuk saling mendialogkan wacana ideologi yang dianut oleh GP diantara sesama gerakan mahasiswa dengan mencari titik persamaan dan mereduksi titik perbedaan yang dapat mengarah pada pertikaian dan dalam kerangka persaudaraan (ukhuwah Islamiyyah). Sebab diantara ide-ide yang berbeda tersebut masih terdapat sejumlah ide yang dapat disatukan menuju perwujudan Islam di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lain keragaman tersebut justru merupakan saluran alternatif bagi mahasiswa untuk turut serta memperjuangkan ideologi Islam tanpa harus meninggalkan perjuangan akibat ketidaksefahaman dengan ideologi yang ditawarkan oleh GP.

9. Jika transformasi ideologi dikembangkan sebagai sistem pendukung bagi mahasiswa Muslim juga gerakannya, apakah GEMA Pembebasan juga berwatak transformative dalam gerakannya? Bagaimana transformasi ideologi yang dimaksud oleh GEMA Pembebasan?

GP menyakini sepenuhnya kebenaran ideologi Islam yang diadopsinya dan akan senantiasa konsisten memegang teguh ideologi tesebut dalam setiap geraknya untuk melakukan proses transformasi ideologi di kalangan mahasiswa dan bersama-bersama mereka melakukan transformasi ideologi di tengah-tengah masyarakat yakni upaya untuk menyadarkan mahasiswa akan keunggulan ideologi Islam dan kerapuhan berbagai ideologi selain Islam.

Proses interaksi tersebut akan menciptakan dampak yang diharapkan berupa kesadaran mereka terhadap Islam sebagai sebuah ajaran ideologis bukan sebatas ajaran teologi yang bersifat ritualis belaka. Kesadaran ini selanjutnya mendorong mereka untuk melakukan proses transformatif di tengah-tengah masyarakat baik ketika mereka masih menyandang status sebagai mahasiswa maupun kelak ketika mereka telah berkiprah dalam berbagai profesi dan posisi.

Lambat laun proses transformasi ini akan terus menimbulkan efek domino hingga pada suatu titik dimana masyarakat menuntut adanya suatu perubahan sistem dari sistem Kapitalime menuju sistem Islam dimana Islam diterapkan secara komprehensif. Di sisi lain para mahasiswa yang tercerahkan ini merupakan stok kepemimpinan di masa datang yang akan menjalankan kepemimpinan dengan amanah dengan tingkat intelektualitas dan kesadaran yang tinggi terhadap ideologi Islam.

10. Menurut Ali Syari’ati jika Islam dijadikan ideologi dan bukan sebagai spesialisasi ilmiah, maka akan timbul perasaan dalam diri seorang berkenaan dengan mazhab pemikiran sebagai suatu sistem keyakinan. Apakah kader pergerakan yang diharapkan oleh GEMA Pembebasan sama dengan karakter Muslim ideologis yang dipaparkan oleh Ali Syari’ati?

GP berupaya melalui sistem kaderisasi yang dimilikinya untuk mencetak mahasiswa muslim yang memiliki kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyyah) dimana Islam dijadikan sebagai standar dalam berfikir dan bertingkah laku. Proses pembinaan tersebut dilakukan secara dialektik dan argumentatif sehingga proses internalisasi ideologi berlangsung secara alamiah tanpa adanya tekanan atau unsur lain yang memasung proses berfikir mereka. Dengan pola pendidikan seperti ini kader GP akan memiliki suatu keyakinan yang kokoh terdahap ideologi Islam dan selanjutnya mendorong mereka untuk memperjuangkan ideologi tersebut. Pada saat yang sama akan bersikap terbuka dan berani berhadapan dengan berbagai pemikiran dan metode (manhaj) yang berseberangan dengan apa yang diyakininya. Dari proses interaksi intelektual dengan berbagai kalangan akan menghasilkan kematangan ideologi atau sebaliknya penolakan terhadap pemahaman ideologi yang selama ini dianutnya.

Dalam hal ini prinsip ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh para ulama madzhab yang terkemuka seperti pernyataan Imam Abu Hanifah: Pendapat kami benar namun tidak tertutup kemungkinan terdapat kesalahan dan pendapat yang lain salah namun tidak menutup kemungkinan terdapat kebenaran.

11. Selanjutnya bagaimana opini yang dikembangkan secara sistematis dikalangan mahasiswa itu bisa diseragamkan?
Dengan modal kesamaan visi dan tingkat loyalitas yang tinggi pada organisasi dan didukung oleh jaringan organisasi diharapkan proses pengembangan opini secara sistematis dapat berlangsung efektif.

12. Tujuan GEMA Pembebasan:Terbentuknya Islam ideologis dikalangan Mahasiswa dan pergerakan mahasiswa Indonesia. Islam yang berwajah ideologis cenderung ditampilkan umatnya bersifat tertutup, kaku, sakral dan apologis. Tradisi pemikiran Islam yang diikutinya dianggap sebagai kekayaan dan kekuatan spiritual yang perlu dipertahankan tanpa harus dipertanyakan bagaimana asal usul tradisi yang selama ini dipegang dengan kokoh. Dari sini muncul fenomena Taqdiis al-Afkaar ad-Diiny (pensakralan pemikiran keagamaan). Bagaimana GEMA Pembebasan menyikapi proposisi di atas ? sepakat atau sebaliknya ? apa alasannya ?

(Lihat jawaban no. 10). Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Syaltut terdiri dari aqidah dan syariah. Persoalan aqidah merupakan persoalan pokok (ushul) yang dibangun dari dalil-dalil yang qathi’y menuntut untuk diyakini secara mutlak tanpa ada keraguan sedikitpun. Sementara syariah merupakan sekumpulan hukum-hukum yang mengatur prilaku manusia. Sebagian dalil dari hukum-hukum tersebut adalah qath’iy sementara sebagian lainnya adalah dzan dari sisi sumber dan pemahamannya. Terhadap hukum yang dalilnya qathiiy baik dari sisi sumber dan pemahamannya maka merupakan sesuatu yang harus diyakini kebenarannya dan tidak ada ruang ijtihada pada wilayah ini. Namun pada hukum-hukum yang dibangun dari dalil-dalil yang dzan baik dari sisi sumber dan atau pemahamannya maka wilayah ini merupakan ruang ijtihad bagi para mujtahid yang pada faktanya melahirkan beragam pendapat dalam hukum suatu perbuatan.

Metode berfikir di atas merupakan bentuk pemahaman berlaku umum dikalangan generasi salaf yang didasarkan pada pemahaman yang kukuh terhadap teks-teks nash sehingga dapat diuji kebenarannya.
Sikap yang tertutup, kaku, sakral dan apologis merupakan penilaian yang bersifat relatif tergantung pemikiran apa yang dijadikan sebagai dasar untuk menilai sikap orang-orang yang memegang teguh ideologi yang diyakininya. Bagi sebagian orang yang menganut tradisi berfikir sekuler dan liberal keteguhan sikap tersebut mungkin dianggap berlebihan dan terkesan negatif. Namun sebaliknya pemikiran yang merelatifkan seluruh pemikiran-pemikiran Islam termasuk dalam persoalan Aqidah bagi sebagaian pihak justru dianggap sebagai orang sosok yang keliru bahkan pada tataran tertentu dikategorikan sesat.

13. Konstruksi Ideologi : Apakah ideologi yang dirumuskan merupakan derivasi dari doktrin agama? jika demikian, apa landasan teologis/ dalil normatif dari konstruk ideologi GEMA Pembebasan?
(sudah jelas)
14. Apakah ideologi yang dirumuskan dipengaruhi oleh realitas sosial yang berkembang di luar? (artinya gerakan Islam yang berada diluar gerakannya).

Setiap ideologi dapat dapat bersumber dari kejeniusan seseorang yang memformulasikan sebuah ideologi seperti ideologi Komunis yang diformulasikan oleh Karl Max atau berasal dari wahyu Allah SWT seperti ideologi Islam. Dalam hal ini ideologi Islam sebagai suatu ajaran yang berasal dari Allah adalah sesuatu yang fixed yang harus diterapkan pada masyarakat. Islam juga disamping menjelaskan hal-hal yang detail pada saat yang sama juga berisi nash-nash pokok yang darinya dapat digali beragam hukum melalui proses ijtihad, berkaitan dengan fakta perbuatan dan benda-benda yang baru.
Perkembangan sains dan teknologi yang menyebabkan model interaksi manusia berubah tidak menjadikan hukum (ideologi) berubah seperti ditemukannya tehnik pembuatan tekstil yang modern tidak menjadikan hukum memakai jilbab menjadi berubah. Tapi yang harus dihukumi adalah apakah hukum dari penggunaan teknologi baru tersebut. Dengan demikian, jika terjadi perubahan dalam interaksi dan tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ideologi maka yang harus diubah adalah interaksinya bukan hukumnya (ideologinya).

15. Teori analisis mengacu pada transmisi ideologi GEMA Pembebasan. Jika GEMA Pembebasan adalah gerakan mahasiswa Muslim ideologis tentunya mempunyai madzhab pemikiran. Produk pemikiran siapa atau gerakan apa yang dijadikan rujukan pola pemikiran GEMA Pembebasan?

GP pembebasan akan mengadopsi pemikiran-pemikiran yang memiliki landasan dalil syara’ dengan metode istinbath yang syar’iy. GP akan memilih argumentasi yang dianggap paling kuat jika terdapat perbedaan pendapat dalam masalah tersebut sesuai dengan kadar kemampuan para pengurusnya.

16. Ataukah kedua-duanya (derivasi dari doktrin agama dan dipengaruhi juga oleh realitas sosial yang berkembang di luar ?
(sudah jelas)
17. Konstruksi ideologi GEMA Pembebasan:
1) Islam al-Diin wa al-Daulah (konsep agama-negara).

Islam tidak dapat diterapkan secara sempurna tanpa adanya sebuah negara. Sejumlah ajaran-ajaran Islam pelaksanaanya bersifat individual, sebagian bersifat kolektif dan sebagian lagi bersifat institusional. Dengan kata lain syariah Islam telah menetapkan subjek masing-masing hukum. Sebagai contoh: pelaksanaan shalat dapat dilaksanakan tanpa perlu intervensi atau keterlibatan pihak lain. Demikian pula halnya dengan jual beli cukup melibatkan pihak pembeli dan penjual. Namun pemberian sanksi terhadap orang yang meninggalkan shalat dan orang yang mencuri milik orang lain bukanlah otoritas individu ataupun masyarakat melainkan otoritas negara.
Adapun peran negara dalam menerapkan syariat Islam merupakan bagian yang sangat sentral. Negara wajib menerapkan seluruh hukum Islam baik yang berkaitan dengan politik dalam negeri, politik luar negeri, ekonomi, pendidikan, sosial. Beberapa ulama seperti yang dinyatakan oleh Al Mawardi memberikan deskripsi beberapa tanggungjawab negara (khalifah): 1) pelaksana hudud, jinayah, takzir dan mukhalafat, 2) melindungi kehormatan Islam dan kaum muslimin seperti memerangi orang atau negara yang melecehkan kehormatan Islam, 3) menjaga wilayah perbatasan negara Islam dari berbagai ancaman dan serangan orang-orang kafir, 4) mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, 5) mendeklarasikan jihad fi sabilillah untuk membebaskan negeri-negeri yang tunduk di bawah dominasi pemerintahan kufur

2) Islam sebagai sistem yang total dan mutlak

Manusia dengan potensi akal dan dan potensi hidup (kebutuhan jasmani dan naluri) yang dimilikinya diciptakan di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan jalan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Dengan kata lain kewjiban untuk tunduk kepada syariah-Nya. Syariah tersebut selanjutnya ditransmisikan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW untuk disampaikan kepada manusia.
Berdasarkan surah Al Maidah ayat 3 jelas bahwa bentuk syariah Islam bersifat lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan tanpa kurang sedikitpun. Meski demikian tidak berarti seluruhnya dijelaskan secara detail, namun nash-nash yang tercantum di dalam Al Quran dan as Sunnah berisi pokok-pokok hukum yang dapat diderivasikan darinya sejumlah hukum-hukum terhadap beragam fakta yang terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Adapun peran akal dalam hukum maka ia tidak dapat menjadi sumber hukum melainkan hanya berfungsi sebagai alat untuk memahami nash-nash syara’ dan fakta yang berkenaan dengan hukum tersebut. Sebagai contoh ketika Allah menyatakan bahwa Khamar itu haram, maka fungsi akal disampimg memahami maksud dari keharaman itu juga memahami jenis cairan yang masuk dalam kategori khamar.
Pada saat yang sama juga dijelaskan bahwa segala aktifitas manusia selama hidupnya akan dimintai pertanggungjwaban di akhirat kelak nanti apakah perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh-Nya atau justru sebaliknya dengan konsekuensinya masing-masing. Kebaikan dinilai pahala yang akan mendapatkan surga sementara keburukan di balas dengan siksa jika memang seseorang tidak mendapatkan pengampunan atau penghapusan dosa.
Berdasarkan pikiran tersebut, maka tidak ada alasan untuk tidak taat secara penuh terhadap syariah Islam. Ketaaatan tersebut bersifat mutlak dan total. Tidak ada tempat sekularisme dalam pemikiran Islam –mengabaikan intervensi agama dalam wilyah publik dan membatasinya dalam wilayah privat–. Sebab Islam berbeda dengan kristen yang memang tidak memiliki sistem yang utuh dalam wilayah publik kecuali sebatas norma dan etika. Islam bersifat komprehensif yang memandang perbuatan berdasarkan hukumnya bukan wilayah kejadiaanya. Shalat lima waktu sama wajibnya dengan hukum potong tangan bagi pencuri, pengelolaan sumber daya alam yang memiliki deposit yang besar oleh negara sama wajibnya dengan puasa di bulan suci Ramadlan.

3) Supremasi syari’ah
(lanjutan) Dengan demikian maka syariah harus diterapkan dalam kehidupan manusia dalam segala aspeknya baik yang berkaitan dengan masalah aqidah dan peribadatan, makanan dan minuman serta akhlak, maupun yang berkaitan dengan politik, hukum pidana dan perdata, ekonomi dan keuangan, pendidikan, sosial dan politik luar negeri.

Penerapan Islam secara parsial merupakan sebuah dosa dimana pelakunya akan mendapatkan adzab diakhirat kelak. Termasuk dalam hal ini penguasa yang melalaikan hukum Islam dan menerapkan hukum-hukum buatan manusia juga dikategorikan sebagai penguasa yang dzalim dan fasik bahkan kafir jika ia tidak meyakini kebenaran syariat Islam atau menganggap sistem kapitalisme lebih baik dibanding dengan sistem Islam.

18. Faham keagamaan GEMA Pembebasan : Bagaimana tanggapan GEMA Pembebasan terhadap masalah di bawah ini:
1) Modernisme, sekularisme dan tata nilai Barat pada umumnya.

GP memandang bahwa manusia dengan potensi akal yang dimilikinya sejalan dengan perubahan waktu dan peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus melakukan kreasi, inovasi dan invansi dalam berbagai sisi kehidupannya.
Pada akhir masa kekhifahan Islam di Turki hingga masa keruntuhannya pada tahun 1924, secara perlahan ketinggian peradaban Islam dan kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang pernah diraih pada masa keemasannya semakin pudar. Di sisi lain peradaban barat –dengan segala dampak buruknya bagi masyarakat dan lingkungan– telah mengalami kemajuan yang semakin pesat dan nyaris tak tertandingi oleh peradaban manapun. Sebagian kaum muslimin merasa silau dengan kemajuan tersebut dan selanjutnya dengan perasaan inferior mengambil seluruh kemajuan tersebut termasuk pemikiran-pemikirannya tentang sistem kehidupan seperti sistem Demokrasi, Sistem ekonomi Kapitalis dan sistem sosial yang liberal dan hedonistik.
Di kutub yang lain, sebagian kaum muslimin menolak segala hal yang berbau barat bukan hanya pemikirannya namun juga hasil sains dan tehnologinya. Meski demikian penganut pemikiran ini jumlahnya semakin sedikit dan cendrung termarginalkan.
Bagi GP, Islam seharusnya dijadikan sebagai patokan dalam menilai peradaban asing. Berdasarkan sikap Rasulullah dan para sahabat nyata bahwa mereka tidak menolak berbagai hasil ilmu perngetahuan dan teknologi peradaban lain seperti Romawi dan Persia. Namun sisi lain mereka menolak mentah-mentah pemikiran dan hukum yang berkenaan dengan sistem kehidupan baik yang berkenaan dengan masalah aqidah, ubudiyah ataupun muamalah seperti sistem Pemerintahan.
Atas dasar tersebut maka produk barat dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu adlarah dan madaniyah. Hadlarah merupakan sekumpulan konsep tentang kehidupan yang bersumber dari aqidah tertentu. Sementara madaniyah merupakan materi yang merupakan produk sains dan teknologi. Hadlarah yang berasal dari ideologi selain Islam haram untuk diadopsi. Berbeda dengan madaniyah secara umum boleh dimanfaatkan dan diambil kecuali jika materi tersebut secara khusus dilarang oleh syariat, seperti konstruksi rumah yang memberikan peluang kepada orang lain untuk melihat kehidupan pribadi sebuah rumah tangga, atau lukisan manusia telanjang.
Walhasil berbagai pemikiran barat seperti Sekularisme, HAM, pasar bebas, liberalisasi ekonomi haram untuk diadopsi. Sementara tehnologi militer, transfortasi dan teknologi mereka dapat diambil dan dimanfaatkan.

2) Hermeneutika (sikap kritis terhadap teks dan interpretasi al-Qur’an)
(1). Hermeneutika merupakan metode penafisiran Bibel yang memang mengalami problem teks dan keterputusan sejarah yang tentu tidak terdapat di dalam al Quran. Dengan demikian metode ini bersifat khusus dan tidak dapat digeneralisasi pada seluruh teks termasuk di dalamnya al Quran.
(2) Penggunaan metode Hermeneutika dalam memahami Al Quran mengharuskan adanya dekonstruksi metode yang sudah baku. Sebagai contoh pemahaman terhadap Al quran merupakan produk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya masyarakat. Kebenaran mutlak Al Quran hanya ada pada masa ketika Al Quran belum bersinggungan dengan manusia yakni ketika ia berada di Lauh mahfudz. Berdasarkan pemahaman ini, maka setelah periode itu kaum muslimin tidak lagi dapat memahami kebenaran Al Quran.
(3) AlQuran harus difahami dengan menggunakan metodologi kritik sastra dan oleh karena itu harus dilepas dari aspek kesejarahan sebab ia merupakan teks yang dibuat atau diinterpretasi dari kalam Ilahi oleh Muhammad. Dengan demikian ia telah berubah dari teks ilahi (nash ilahi) menjadi (nash insany). Dengan demikian, teks al Quran adalah teks bahasa yang bentuknya sama dengan teks-teks lain. Dengan menggunakan metode ini maka siapapun dapat memahami Al Quran.
(4) Karena ia adalah teks manusiawi maka masing-masing orang akan memahaminya sesuai dengan budayanya. Oleh karena itu selama masa proses turunnya Al Quran sangat dipengaruhi oleh budaya masa itu. Oleh karena itu al Quran adalah produk budaya disamping sebagai teks bahasa dan teks historis.

Pemahaman di atas secara ringkas dapat dibuktikan kekeliruannya:
(1) Proses turunnya AL Quran direkam dengan baik oleh para sahabat baik mengenai waktu dan tempatnya termasuk beberapa peristiwa yang melatarinya (asbabun an nuzul)
(2) Penggunaan bahasa Arab pada Al Quran justru telah dinyatakan secara tegas di dalam Al Quran. Oleh karena itu pemahaman terhadap al Quran tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana memahami bahasa arab menurut orang-orang arab. Tanpa memahami disiplin ilmu tersebut maka pemahaman terhadap makna-makna al Quran akan menjadi liar.
(3) Jika Al Quran dikatakan sebagai produk budaya, lalu mengapa banyak ayat-ayatnya yang justru mengkritik budaya-budaya yang berkembang saat itu. Bukankah jika memang merupakan produk budaya harus tunduk dan selaras dengan budaya yang berkembang dengan budaya saat itu? Dan pada faktanya tidaklah demikian.

3) Pluralisme dan relativisme
Pandangan GP tentang Pluralisme pada dasarnya sejalan dengan sikap ummat Islam yang direpresentasikan oleh MUI yang mengharamkan Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Sebelumnya pada Kongres Ummat Islam Indonesia yang bertempat di Jakarta tanggal 22 mei 2005, juga secara tegas delegasi kelompok-kelompok Islam di Indonesia mengeluarkan rekomendasi yang menyatakan kesesatan Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.
Pada prinsipnya paham pluralisme berangkat dari sebuah doktrin bahwa semua agama merupakan hasil dari respon manusia terhadap (human respons) terhadap nilai-nilai ketuhanan yang bersifat metafisis. Dengan istilah lain, proses ini dikenal dengan pengalaman keagamaan (religious experience). Karena sifat dan nilai-nilai ketuhanan ini bersifat metafisis maka wajar jika terdapat perbedaan kesimpulan dalam memandang kebenaran tersebut. Dengan demikian klaim kebenaran masing-masing agama menjadi relatif. Dengan demikian maka status semua agama sama, tidak ada yang lebih superior dibandingkan yang lain.
Prinsip ini memiliki sejumlah kelemahan, antara lain: (1). Tatkala faham ini dipaksakan untuk diterima oleh seluruh pemeluk agama, maka secara implisit ide ini telah menjadikan dirinya sebagai ide yang superior yang mutlak kebenarannya. (2) Ide pluralisme telah menjadi instrumen untuk mengarahkan agama dan pemeluknya termasuk menjustifikasi benar tidak sebuah agama. Ketika seorang penganut agama tertentu mengklaim bahwa agamanya paling benar, maka dalam terma pluralisme, penganut agama tersebut misleading. (3) Pada faktanya, tiap-tiap agama memiliki doktrin masing-masing bahwa ajaran agama tersebut benar dan pada saat yang sama menganggap doktrin keagamaan di luar itu salah. Islam memiliki prinsip Inna ad-dina ’inda llahi al Islam (sesungguhnya agama yang diridhai Allah hanyalah Islam), kristen Protestan berprinsip: outside Cristianity, no salvation, Katolik dengan prinsip: extra ecclesiam nulla sallus, dan Yahudi hingga saat ini dengan kukuh menganggap etnis mereka sajalah yang benar, karena mereka merupakan the choosen people. Walhasil penyeragaman pemahaman seluruh agama akan menghapus beberapa doktrin fundamental agama-agama tersebut. (4) Keyakinan terhadap sebuah agama akan mendorong seseorang bertindak sesuai dengan keyakinan pada agama tersebut. Jika tidak maka seseorang tentu akan dengan sukarela menggunakan berbagai model peribadatan agama ketika ia melakukan peribadatan. Seseorang misalnya dengan ide ini ia boleh menyembah penciptanya dengan cara shalat, sesekali ke gereja, ke Vihara atau mungkin melakuan sujud ke matahari sebagaimana yang dilakukan oleh penganut Sinto atau ke api sebagaimana keyakinan Majusi atau mungkin menyembah patung sebagaiman yang dilakukan oleh orang-orang Pagan. Namun pada faktanya, prinsip ini akan sangat sulit diterima oleh siapapun tak terkecuali oleh mereka yang mempropagandakan ide ini.

Ide ini di samping tidak memiliki justifikasi di dalam syariah kecuali dengan melakukan penjungkirbalikan teks-teks syara’, sejatinya hanyalah merupakan bagian dari upaya negara-negara Barat, agar kaum muslimin tidak lagi meyakini kebenaran agamanya secara absolut dan pada saat yang sama menganggap agama dan pemikiran-pemikiran keagaamaan lainnya tidak mutlak kebenarannya khususnya yang bersinggungan dengan penganut agama lain. Prinsip dakwah kepada Islam dan jihad memerangi orang-orang kafir jelas harus ditafsir ulang jika tidak dieliminasi.

Dengan demikian, proses transformasi nilai-nilai dan sistem Barat akan lebih mudah diadopsi dan diimplemetasikan oleh kaum muslimin. Jika itu terjadi maka, proses dominasi dan imperialisme poltik, ekonomi, sosial, budaya akan lebih mudah.

Meski demikian bukan berarti pemahaman ini menegasikan adanya pluralitas agama atau keyakinan terhadap kebenaran. Meski Islam mengklaim sebagai satu-satunya agama yang benar, namun ia tetap berisi sekumpulan ajaran yang memberikan apresiasi terhadap eksistensi agama lain. Konsep Islam tentang penghormatan dan kewajiban pemenuhan hak-hak ahlu ad Dzimmah (warga non muslim yang hidup di bawah sistem pemerintahan Islam) merupakan bukti apresiasi tersebut. Dengan mengaca pada sejarah konflik-konflik antar ummat beragama justru dapat diminimalisir dengan penerapan konsep tersebut berbeda dengan ide Pluralisme yang justru mengacak-acak kebenaran masing-masing agama.

4) Islam yang disesuaikan dengan perkembangan zaman atau perkembangan zaman yang harus disesuaikan dengan Islam?
(sudah dijelaskan di atas)

No comments: